Visi Gubsu Sumut Bermartabat Sejalan Budaya Dalihan Na Tolu

Kamis, 04 Oktober 2018


Medan | BMN - Visi Gubsu H Edy Rahmayadi dan Wagubsu H Musa Rajekshah untuk Sumut Bermartabat sejalan dengan budaya Dalihan Na Tolu di Tapanuli Bagian Selatan dalam memberhasilkan propinsi ini lebih eksis dan sejahtera di era globalisasi. Oleh sebab itu, budaya Dalihan Na Tolu perlu terus direlevansikan dan diimplementasikan, termasuk diwariskan kepada generasi muda.

Demkian salah satu poin yang mengemuka dalam Seminar Implementasi Budaya Dalihan Na Tolu di Tapanuli Bagian Selatan dalam Era Globalisasi yang diselenggarakan Forum Pelestarian Budaya Propinsi Sumut di Hotel Saka Premiere Medan, Rabu (03-10-2018) dihadiri puluhan pemuka adat dan budaya Sumut termasuk pengurus dan fungsionaris Forum Pelestarian Budaya(FPB) Sumut.

Narasumber yang tampil yakni H Pandapotan Nasution SH Gelar Patuan Kumala Pandapotan (Ketua  FPB Sumut), Ahmad Yamin Dalimunthe MSi Gelar Baginda Bonggal Soaloon, Dr Anwar Sadat Harahap SAg Mhum dan P Dolok Lubis SH  MM Gelar Patuan Dolok. Seminar dibuka Gubsu diwakili Kepala Badan Kesbangpol Linmas Sumut H Suriadi Bahar SH MH.

H Pandapotan Nasution SH Gelar Patuan Kumala Pandapotan mengemukakan unsur Dalihan Na Tolu yang terdiri dari suhut dan kahangginya, anak boru serta mora lahir berdasarkan perkawinan. Di dalam adat dalihan na tolu perkawinan sifatnya eksogam. Pada awalnya perkawinan yang bersifat eksogam ini terjadi antar marga di dalam lingkungan etnik masyarakat tersebut.

Dikemukakan antar etnik dari berbagai etnik tersebut terjadilah lembaga dalihan na tolu yang harus menjalankan tugasnya sesuai dengan mekanisme kerja dari dalihan na tolu. Apabila selaras, serasi dan seimbang maka akan saling menghormati, saling menghargai, saling menerima pendapat, saling memberi yang melahirkan holong dohot domu yang menjadi falsafah hidup masyarakat dalihan na tolu.
   
Secara umum dalam seminar ini terungkap adat dan budaya yang  ada di Sumut merupakan unsur penentu bagi usaha pembangunan dan modernitas masyarakat. Semua perbuatan manusia ditentukan oleh kebudayaannya. Tata cara masyarakat menghayati, melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari merupakan cermin adat dan budayanya.

Dalam seminar juga tergambar suatu hal yang baru dalam proses pembangunan daerah dewasa ini ialah peranan visi masa depan. Terutama dalam menghadapi era global tanpa batas, diperlukan suatu visi ke arah mana masyarakat dan daerah kita ini akan menuju. Tanpa visi yang jelas yaitu visi yang mendasarkan nilai-nilai yang hidup dalam kebudayaan daerah saat ini, akan sulit untuk menentukan arah perkembangan masyarakat dan daerah kita ke masa depan, atau pilihan lain ialah tinggal mengadopsi saja apa yang disebut budaya global.

Mengadopsi budaya global tanpa dasar yang kuat dari kebudayaan sendiri berarti manusia Sumut akan kehilangan identitas atau jatidirinya. Di sinilah letak pendidikan untuk meletakkan dasar-dasar yang kuat dari nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Sumut yang akan dijadikan pondasi untuk membentuk budaya masa depan yang lebih jelas dan terarah, termasuk mengimplementasikan Budaya Dalihan Na Tolu di Tapanuli Bagian Selatan.(torong)