Persiapkan Siswa Miliki Ketrampilan Abad 21, Tanoto Foundation Perkenalkan Pendekatan MIKIR

Selasa, 11 September 2018
Solo | BMN - Sebanyak 176 peserta yang terdiri dari dosen, guru, kepala sekolah dan pengawas dari Kaltim dan Jateng  ikut dalam Pelatihan Fasilitator Daerah dan LPTK Program Pelita Pendidikan di Hotel Best Western Solo Jawa Tengah (10 – 13 September 2018).

Mereka oleh Tanoto Foundation diperkenalkan MIKIR, sebuah pendekatan agar pembelajaran mampu membangkitkan siswa memiliki ketrampilan yang dibutuhkan untuk hidup di abad 21 yang makin kompleks.
“Hidup zaman ini harus memiliki karakter dan ketrampilan abad 21 yaitu kreatif dan inovatif, mampu bekerja dalam tim yang semakin multikultur, berpikir kritis dan mampu mengolah dan memanfaatkan limpahan kekayaan informasi untuk kehidupan sosial dan ekonomi,” ujar Affan Surya, Provincial Coordinator Program Pelita Pendidikan untuk Kaltim di sela-sela pelatihan.
MIKIR merupakan singkatan dari Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi. Dengan menurunkan masing – masing kategori menjadi kegiatan di kelas, metode ini memudahkan guru membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif, percaya diri dan kritis selama pembelajaran berlangsung.
Untuk menjalankan MIKIR, guru harus mengintegrasikannya masing-masing kategori tindakan tersebut dalam skenario pembelajaran. “Jadi pembelajaran itu harus ada skenarionya. Itu seperti membuat film. Kalau tidak bagus skenarionya,  pembelajaran  menjadi tidak menarik bagi siswa. Tidak tercapai tujuannya. MIKIR memudahkan guru membuat skenario tersebut,” tegasnya lebih lanjut.
Affan menyayangkan banyak guru yang tidak membuat skenario dan rencana pembelajaran  sebelum mengajar, dan seringkali datang ke sekolah hanya untuk memberikan ceramah.
“Pembelajaran dengan ceramah mematikan kesempatan siswa memiliki karakter dan ketrampilan abad 21. Siswa harus daiajak terlibat dalam menemukan pengetahuan, sering berdiskusi agar tumbuh kemampuan bekerjasama dalam tim untuk memecahkan masalah, sering tampil ke depan agar pandai mengungkapkan gagasan dan percaya diri,” ujarnya lebih lanjut.  
Pada hari ketiga ToT,  para peserta menyebar ke beberapa sekolah untuk menerapkan skenario MIKIR yang telah disusun dan disimulasikan sehari sebelumnya.
Seperti yang dilakukan  oleh Prof. Dr. Limbong Subagiyo, M.Si,  Guru Besar FKIP Universitas Mulawarman Samarinda yang langsung ikut terjun mengajar menggunakan pendekatan MIKIR di SMP 3 Sragen Jateng.  Agar siswa kelas Satu SMP yang diajarnya  Mengalami, mereka diajak  melakukan percobaan membuat larutan teh, kopi, dan kapur untuk mengetahui perbedaan unsur, senyawa dan campuran.
Mereka berdikusi dalam kelompok menjawab lembar kerja siswa dan mempresentasikan hasil temuan mereka. Untuk refleksi, para siswa diminta mengkritisi pembelajaran yang berlangsung. Apa yang masih kurang dan perlu ditambah. 
Menurutnya konsep MIKIR yang mencoba diperkenalkan oleh Tanoto Foundation membuat pembelajaran di kelas akan jauh berbeda dengan yang selama ini dilakukan para guru yang isinya kebanyakan ceramah.
“Metode ceramah yang kebanyakan dilakukan para guru memang sudah harus ditinggalkan karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan menjawab tantangan abad 21. MIKIR ini pendekatan yang sangat baik,  memperpraktis pendekatan-pendekatan yang ada,” ujarnya.  
Direktur Program Pelita Pendidikan, Stuart Weston, yang sempat berkeliling meninjau praktik tersebut berpesan agar para peserta yang akhirnya akan menjadi pelatih para guru di tempatnya masing-masing menerapkannya di sekolahnya sendiri terlebih dahulu. “Buktikan di masing-masing sekolahnya agar menyempurnakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah didapat disini,’ ujarnya.
Selain MIKIR para peserta juga dilatih mengelola kelas, membuat lembar kerja siswa yang bisa mengaktifkan siswa dan berbagai strategi pembelajaran lain. Sedangkan para kepala sekolah, pengawas dan juga dosen dari Universitas Mulawarman, IAIN Samarinda, Universitas Sebelas Maret dan UIN Walisongo, difasilitasi untuk lebih mendalami tentang manajemen sekolah yang lebih transparan dan akuntabel.(rel/bahren)