Medan | BMN - Gubernur Sumatera Utara
Edy Rahmayadi menyebutkan pentingnya peran ulama dalam kehidupan
berbangsa. Lembaga ini juga disebut sebagai tempat mengadu, khususnya
bagi para pemimpin atau umaro. “Ulama itu pimpinan, setelah Rasulullah
tak ada. Jadi kala sudah tak ada ulama, bubar bangsa ini,” ujar Gubernur
dalam sambutannya.
Menurutnya, ulama sebagai pemuka
agama adalah sosok yang harus dihormati dan dipanuti. Karena itu pula,
sebagai umaro atau pemimpin pemerintahan, Edy tidak berharap para ulama
datang ke kantor Gubernur dan mengantri untuk masuk, berdesakan dan
sebagainya, sehingga terkesan diperlakukan tidak layak.
Hal
itu disampaikan Guberunur pada Muzakarah yang mengambil tema ‘Dengan
Semangat Hijriah, Kita Rajut Ukuwah Menuju Sumatera Utara Bermartabat'
di Aula MUI Sumut, Minggu (23-09-2018). Hadir diantaranya Wakil Gubernur
Sumut H Musa Rajekshah, Ketua MUI Sumut Abdullah Syah dan Dewan
Pertimbangan MUI Sumut Maslin Batubara, Anggota DPD RI Darmayanti Lubis,
utusan MUI kabupaten/kota dan ratusan ulama.
Menurutnya,
ulama sebagai pemuka agama adalah sosok yang harus dihormati dan
dipanuti. Karena itu pula, sebagai umaro atau pemimpin pemerintahan, Edy
tidak berharap para ulama datang ke kantor Gubernur dan mengantri untuk
masuk, berdesakan dan sebagainya, sehingga terkesan diperlakukan tidak
layak.
“Saya pernah berjanji, tetapi bukan sekedar
janji. Saya tak mau ulama datang ke Kantor Gubernur, tetapi panggil
saya, undang saya, saya akan hadir,” kata Gubernur yang menganggap
harusnya pemimpin yang mendatangi ulama.
Gubernur pun
mencontohkan seperti di satu daerah di Jawa, pemimpin pemerintahan
datang ke ulama, dengan santun dan sikap sangat menghormati para pemuka
agama. Sebab menurutnya, untuk menyandang gelar tersebut, tidak mudah,
bahkan sangat berat. Sebab di dalamnya ada ketegasan, antara hitam dan
putih, benar dan salah.
“Begitu juga MUI ini sangat
penting. Jadi ada tempat kita mengadu. Kalau tidak ada, ini yang buat
rusak sekarang ini. Karena itu, kalau sudah berani mengambil titel
ulama, itu berat sekali. Sehingga bagaimana ulama dan umaro itu bisa
bersama,” kata Edy, yang meminta agar kegaitan Muzakarah pihaknya
dilibatkan sebagai pelaksana.
Selain itu, Gubernur juga
menyinggung beberapa wacana di masyarakat yang menimbulkan kekisruhan.
Diantaranya soal volume suara adzan dari masjid yang jadi persoalan.
Menurutnya panggilan untuk ibadah bagi ummat Islam memang harus besar,
agar didengar jelas.
“Saya dengar adzan harus
dikecilkan. Saya perintahkan itu dibesarkan. Sebab kalau sound-nya saja
rusak, orang tak dengar suara adzan, jadi tak ke masjid. Dan kalau yang
suaranya kecil itu iqomat,” sebut Edy.
Begitu juga
untuk persiapan MTQ Nasional yang akan digelar di Medan dan Deli
Serdang. Gubernur meminta dengan sangat kepada para ulama yang ia
panggil Ayah dan Emak itu, menghadiri dan meramaikan event besar
tersebut.
“Saya minta ayah dan emak saya para ulama,
hadir di sana. Kita besarkan MTQ Nasional, ini untuk kita semua, untuk
akidah kita. Lantunan ayat suci Alquran akan dikumandangkan di sana,”
kata Edy disambut tepuk tangan meriah ratusan hadirin yang memadati aula
tersebut.
Usai menyampaikan sambutan, Gubernur dan
Wakil Gubernur pun dipakaikan sorban oleh Ketua MUI Sumut dan Dewan
Pertimbangan MUI Sumut. Sekaligus juga diikuti penyerahan plakat
penghargaan serta almanak (kalender) hijriyah. (torong/b)
Posting Komentar